Kencan Buta di Maraca Books and Coffee

Maraca Books and Coffee Sebetulnya ini bukan kencan buta. Hanya ketemuan biasa dengan seseorang yang baru dikenal. Mungkin ini biasa...

Maraca Books and Coffee

Sebetulnya ini bukan kencan buta. Hanya ketemuan biasa dengan seseorang yang baru dikenal. Mungkin ini biasa bagi beberapa orang. Tapi tidak untukku. Sebenarnya ini bisa disebut kencan sih. Karena arti kara kencan itu adalah janji tuk bertemu di sebuah tempat yang telah ditentukan. Maka, tak salah aku memberi judul dengan kata ‘kencan’. Apalagi menggunakan kata 'Kencan Buta'. Secara arti, kencan buta adalah bertemu dengan seseroang yang belum pernah ditemui sebelumnya.

Mari mulai ceritanya.

Dengan gojek aku menuju Maraca Books and Coffee. Ini salah satu kafe favorite aku tuk menghabiskan waktu berpikir dan menulis. Bagi anak gaul kota bogor, mungkin kafe ini tak asing lagi di telinga. Kafe dengan konsep sesuai dengan namanya Books and Coffee, menyediakan buku-buku bacaan di dalamnya dan menyediakan kopi-kopi terbaik yang akan dipersembahkan kepada pelanggannya. Aku tak begitu paham dengan kopi. Karena aku anak kosan yang doyan mengonsumsi kopi instan. Paling di kafe ini aku hanya pesen cafe latte atau paling tidak ya susu putih, ditambah kentang goreng sebagai cemilan jika punya uang berlebih. Berlebih di sini artiannya, tak mengganggu jatah makan bulanan.

Hari ini, minggu 9 oktober 2016. Aku punya janji bertemu dengan wanita yang baru aku kenal beberapa hari. Aku dan wanita itu bersepakat bertemu di kafe itu. Aku yang minggu pagi ini masih ada di jakarta. Tepatnya di apartemen MTH Square karena jum’at dan sabtu ada agenda di jakarta. Apartemen itu bukan punyaku, dan aku tak perlu menjelaskan detailnya milik siapa dan ada apa urusan apa aku ke jakarta. Karena bukan itu yang jadi fokus cerita di sini.

Aku bergegas mandi. Sekitar pukul sepuluh menjelang siang, dengan ubercar aku dan mas miftah, penghuni sementara apartemen yang aku tempati, meluncur menuju stasiun cawang. Kami punya tujuan sama, ke stasiun bogor. Singkatnya, sampailah di stasiun bogor. Aku balik menuju kosan. Mandi lagi dan kemudian berangkat menuju Maraca Books and Coffee, aku berharap tidak terlambat.

Dan ternyata aku lebih dulu sampai. Memang itulah yang aku harapkan. Karena sebenarnya yang buat janji ketemuan adalah aku. Jadi, aku harus datang lebih awal. Memilih tempat terbaik dan menyambut wanita itu dengan asik. Jujur, suasana hati-ku membingungkan, terasa deg-degan.

Aku sudah menemukan meja yang tepat. Letaknya di sebrang meja kasir. Aku mengeluarkan laptop yang biasa aku gunakan menulis untuk menghibur diri menunggu wanita itu. Tak berselang lama, ada pesan line masuk. Ternyata wanita itu yang mengirimkan pesan pada-ku.

“Ini aku udah di depan”
“Kamu di sebelah mana?”

Tanpa membalas aku melihat ke luar dan menemukan sosoknya di depan pintu. Aku menyapa-nya dari dalam dan dia berjalan kearahku dengan begitu anggun. Aku menyambutnya dan kami berjabat tangan. Ini kali pertama aku bertemu dengan wanita yang baru aku kenal. Baru sekitar lima hari kenal dan itu hanya di aplikasi chatting, aku sudah ngajak ketemuan. Sungguh sebuah pengalaman yang mungkin tak akan terlupakan. Karena ini-lah yang pertama. Bukan-kah yang pertama itu biasa akan jadi kenangan yang tak akan terlupakan?


Aku sudah memesan sebelumnya. Aku memesan kentang goreng dan segelas susu. Kesehatan-ku tak terlalu baik hari ini. Sisa-sisa sakit yang aku alami masih ada, masih batuk-batuk. Jadi-nya hari ini aku tak memilih menu kopi. Karena katanya, kopi akan memperparah batuk. Aku nggak tau ke-shahih-an sumbernya. Itu hanya diucapkan oleh teman sekantor-ku dan aku mencoba percaya saja tanpa mencari kebenarannya. Bukankah dia menyampaikan itu demi kebaikan aku? Ehehe entahlah.

Kentang Goreng dan Segelas Susu

Wanita itu duduk di kursi yang berhadapan dengan-ku. Meletakkan tasnya dan aku menyuruhnya memesan. Dia tak langsung bangkit. Mungkin dia ingin beradaptasi dulu dengan suasana. Kemudian dia bangkit menuju kasir dan mengorder pesanan. Dia memesan cafe latte. Kalian tau? Sebenarnya aku ingin membayarkan pesanannya. Tapi bagaimana caranya? Kafe di bogor kebanyakan menggunakan sistem, order di kasir dan langsung membayar. Kondisinya saat ini aku sudah memesan dan dia baru ingin memesan.

Sebenarnya aku tau apa yang harus aku lakukan. Aku tinggal bangkit dari kursi setelah ia mengatakan pada mba kasir pesanannya, kemudian aku langsung membayarkan apa yang ia pesan. Semudah itu dalam anganku, tapi susah sekali tuk aku lakukan. Mental-ku belum seberani itu. Belum sejantan itu. Yah tak apalah. Sebagai latihan untuk diri juga. Mungkin kedepannya aku berani melakukan itu. Jadinya, dia membayar pesanannya sendiri.

Ia kembali duduk dihadapanku. Dan biasa, aku coba mengendalikan diriku yang sebenarnya sangat canggung. Aku mulai membuka obrolannya dengan bertanya. ‘Naik apa ke sini’. Dia menjawabnya dengan nada yang imut menurutku, ‘Pake grabbike, grabcarnya susah, lama’. Dan kemudian perbincangan mengalir dengan sendirinya. Cafe latte pesanannya tiba diantarkan oleh mba-mba di kasir tadi tak mengganggu perbincangan kami.

Ada banyak hal yang kami bahas. Aku yang lebih sering melontarkan pertanyaan. Tentunya pertanyaan yang sudah aku tanyakan di line tak aku tanyakan lagi. Singkatnya, dia kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota bandung dan dia memang asli bandung. Ke bogor, ia magang, salah satu tugas dari kampus. Waktu magang akan berakhir pertengahan november nanti. Dengan durasi waktu magang sekitar satu semester.

Kami menghabiskan hari bersama. Kami berbincang cukup lama.

Sepanjang pertemuan, banyak hal kami bahas. Novel-novel dan drama korea kesukaan juga masuk dalam pembahasan kami berdua. Ternyata dia juga suka menonton dan membaca. Kegiatan yang aku jadikan rutinitas tuk mengisi hari-hariku. Sebagai hiburan di waktu kosong-ku.

Pembahasan tentang cinta juga tak luput dari pembahasan. Kami berdua saling berbagi kisah cinta yang pernah kami alami. Dia dengan kisah cintanya dan aku dengan kisah cintaku. Berbagi, dan saling menambah wawasan tentang cinta dengan cerita cinta yang kami ceritakan.

Aku merasa cocok berbincang dengannya. Sepertinya dia bisa mengimbangiku dalam membahas sesuatu. Wanita itu, selain cantik juga memiliki wawasan yang luas. Banyak novel yang sudah pernah dibacanya dan ia lebih suka membaca novel yang sedih endingnya. Selain itu juga sudah banyak drama korea yang ditontonnya, aktor Lee Jong Suk jadi salah satu idolanya. Selain pembahasan yang sudah aku ceritakan diatas, pembahasan tentang awkarin dan topik hangat di media sosial-pun tak luput dari pembahasan kami. Bahkan, dia lebih tau tentang awkarin, rachel venya, okin, sargib, anya geraldine dan makhluk-makhluk sejenis itu. Luar biasa memang wawasannya. Salut betul aku dengannya.

Kurang lebih empat jam telah berlalu. Empat jam dengan perbincangan berbagai topik kami bahas. Dia berkata, bahwa temannya sudah mengontak, menyuruh wanita yang ada di hadapan-ku kembali ke kosan mereka. Karena temannya sudah pada ngumpul setelah menghabiskan waktu masing-masing. Ada yang balik ke bandung, ada yang berlibur ke cibubur dan satu lagi aku lupa sedang apa.

Ia mengorder grabcar dari meja yang kami tempati. Driver berhasil didapatkan. Kemudian menghubungi dan menanyakan lokasi keberadaan. Karena wanita itu tak begitu tau nama daerah ini. Aku-pun mengambil alih perbincangan telpon itu. Aku arahkan sopir untuk menemukan kafe ini. Dia coba mengerti. Tapi salah lokasi beberapa kali. Sebenarnya tak susah jika asal driver dari bogor. Kami baru tau dan sedikit memaklumi kebingungan driver yang berplat B itu. Berasal dari jakarta. Mungkin baru mengantarkan penumpang ke bogor.

Menunggu lama dan tak tiba juga, aku kembali meneleponnya. Ternyata dia mengambil jalan yang salah. Dia berhenti di gedung RRI yang sebenarnya tak jauh dari kafe itu. Aku menyarankan kepada driver tuk memutar lagi. Tak tega menyuruh wanita yang sedang bersamaku berjalan kaki. Ternyata pak sopir juga sudah lelah mencari. Dia menyuruh tuk membatalkan saja orderannya. Tak apa katanya. Asal yang membatalkan adalah costumer. Aku menyampaikan pada wanita itu dan dia mau berjalan menghampiri mobil driver grabcar yang berhenti di depan gedung RRI.


Aku menemani dia berjalan menuju RRI. Ditemani dengan suasana dingin dan jalanan yang basah sehabis hujan. Kami melihat mobil yang terparkir di depan gedung RRI dan mencocokkan jenis mobil dengan yang ada di aplikasi. Sama. Oke itu dia. Sampai di lokasi mobil berhenti dia membuka pintu dan kemudian pamit denganku. Kami melakukan high-five sebelum berpisah. Ada sedikit hal yang aku sesali. Harusnya aku menyapa drivernya dan mengucapkan kalimat ‘Pak, titip teman saya ya!’. Tapi apa daya, aku lupa dan baru mengingatnya setelah wanita itu menutup pintu. Jadinya tak jadi deh mengucapkan kalimat itu. Dan aku kembali berjalan menuju Maraca Books and Coffee. Melanjutkan kembali rutinitas yang biasa aku lakukan. Membaca, menonton dan menulis. Menghabiskan malam dengan mengingat cerita manis. Cerita yang baru pertama kali aku alami. Bertemu dan berhadapan dengan wanita yang baru aku kenal di sebuah kafe dengan suasana yang sedap sekali.


You Might Also Like

0 komentar

Silahkan berikan komentarmu

Powered by Blogger.